Ihwal inilah yang menarik dari progam Lokovasia, proses ini membuka ruang dialog kritis yang berkesinambungan, memunculkan interaksi-interaksi yang progresif, serta memungkinkan untuk membuka peluang-peluang ruang kreatif baru. Harapannya program ini mampu memunculkan perspektif dan paradigma baru dalam memahami musik tradisi.
Sebab, sejauh ini musik tradisi selalu dipahami melalui dua perspektif yang dikotomis, antara konservasi kontra inovasi. Dua hal ini selalu dibenturkan, seakan-akan tidak ada titik temunya. Seolah-olah kalangan konservatif selalu menolak langkah-langkah inovasi yang dianggap merusak pakem, serta menganggap liyan sebagai wahana pelarian karena tak mampu bermain klasik, begitupun sebaliknya, menganggap kalangan konservasi tak punya kemampuan untuk mengembangkan tradisi.
Diskusi ini tentu saja membawa pada pembahasan yang kontraproduktif jika tidak kita sikapi secara kritis. Lokovasia dalam hal ini hendak mempertemukan semangat konservasi dan inovasi menjadi satu dinamika pergerakan yang integral.
Semua berbasis pada penguatan tradisi yang intensif, kemudian mendorong lahirnya gerakan konservasi yang dinamis. Pertemuan ini adalah stimulasi yang utuh, karena berbicara pelestarian maka harus ada siasat pengembangannya,
Maka, pada tahapan selanjutnya yakni tahap elaborasi dan ekshibisi yang akan dimulai pada tanggal 12 hingga 19 November 2023 di Bali, merupakan tahap implementasi dan pengembangan dari diskusi konsep pada proses mentoring selama sebulan kemarin.
Editor : Tata Rahmanta
Artikel Terkait