Sementara itu, Tari Kopi Barendo menggambarkan perjalanan panjang masyarakat Banyuanyar dalam mengelola kopi agar memiliki nilai ekonomi sekaligus budaya. Seluruh penari yang terlibat berasal dari Desa Banyuanyar, melibatkan tiga sekolah dasar, pemuda, serta masyarakat umum, dengan persiapan latihan yang dilakukan selama berminggu-minggu.
Salah satu penari cilik, Rheyvan Aprian Ramadhan, mengaku telah berlatih selama satu hingga dua bulan sebelum pementasan.
“Kalau sudah niat, capek dan hujan tidak terasa. Yang susah itu ngatur pola pas latihan,” katanya.
Editor : Tata Rahmanta
Artikel Terkait
