Kebakaran hutan di Grobogan, Jawa Tengah, tidak hanya menimbulkan kerugian ekologis, tetapi juga sosial dan ekonomi. Warga desa hutan yang sebagian besar menggantungkan hidup dari hasil hutan kerap merasa resah. Selain kehilangan sumber mata pencaharian, mereka juga harus menghadapi ancaman kesehatan akibat asap kebakaran.
Pemerintah daerah bersama Perhutani pun terus mengajak masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam menjaga kelestarian hutan. Keterlibatan warga dinilai sangat penting karena mereka berada di garis depan ketika kebakaran hutan terjadi.
“Penanganan kebakaran hutan tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah atau perhutani. Peran masyarakat desa hutan sangat vital, karena merekalah yang pertama kali bisa mendeteksi dan mencegah api meluas,” pungkas Haris.
Dengan adanya sosialisasi dan peningkatan kesadaran ini, diharapkan kasus kebakaran hutan di Grobogan dapat ditekan. Sinergi antara pemerintah, perhutani, tim pemadam kebakaran, dan masyarakat desa hutan menjadi kunci utama untuk melindungi hutan sekaligus menjaga keselamatan warga di sekitarnya.
Haris Setiana juga menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk tidak membuang puntung rokok dan gelas mineral sembarangan karena berpotensi menjadi penyebab kebakaran hutan, dimana api dari putung rokok akan merembet membakar daun kering, sementara untuk gelas mineral akan menimbulkan pantulan cahaya matahari yang terlalu lama sehingga akan menjadi sumber panas dan menimbulkan api.
Editor : Tata Rahmanta
Artikel Terkait