Menurut Ikhwan, penyebab utama terganggunya kontinuitas produksi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor alam, terutama cuaca, yang sulit diprediksi secara pasti dalam satu tahun.
“Gagalnya kontinuitas itu karena sektor pertanian sangat bergantung pada alam. Contohnya, sepanjang tahun 2025 ini curah hujan cukup tinggi. Salah satu komoditas yang diintervensi program Upland adalah manggis. Saat hujan, bunga manggis mudah rontok sehingga gagal panen,” jelasnya.
Kondisi tersebut berdampak pada ketidakmampuan petani memenuhi permintaan eksportir, yang pada akhirnya membuat permintaan produk dihentikan.
“Ketika komitmen kepada eksportir tidak terpenuhi, ini menjadi tantangan tersendiri bagi sektor pertanian untuk bisa masuk dan bertahan di pasar ekspor,” ungkap Ikhwan.
Untuk mengantisipasi kegagalan kontinuitas, Kementan menyiapkan sejumlah strategi, salah satunya melalui peningkatan literasi petani. Ikhwan menyebut, tahun 2025 dapat dikategorikan sebagai kemarau basah yang memerlukan strategi tanam berbeda.
“Petani perlu diedukasi, saat musim hujan atau kemarau basah sebaiknya menanam komoditas apa yang berpotensi panen. Kami sudah menindaklanjutinya dengan menggelar sekolah lapang bagi petani,” pungkasnya.
Editor : Tata Rahmanta
Artikel Terkait
