Kunjungan Mahasiswa KKN IAIN Kudus ke Gereja Kristen Indonesia Grobogan Tingkatkan Moderasi Beragama
GROBOGAN - Sebagai bagian dari program Kuliah Kerja Nyata moderasi beragama (KKN MB), mahasiswa IAIN Kudus mengunjungi Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Purwodadi, Grobogan, dalam upaya meningkatkan moderasi beragama. Kegiatan ini merupakan salah satu tujuan untuk memperkuat dialog antarumat beragama dan membangun pemahaman serta toleransi yang lebih baik di masyarakat.
Selama kunjungan, Mahasiswa IAIN Kudus disambut dengan hangat oleh jemaat gereja dan para pengurus. setelah itu diadakan diskusi yang produktif mengenai nilai-nilai moderasi beragama, diantaranya tentang pentingnya toleransi dan kerjasama antar umat beragama dalam membangun masyarakat yang harmonis.
Mahasiswa kemudian diberikan kesempatan untuk mengamati rangkaian ibadah yang berlangsung, mulai dari pembukaan, nyanyian pujian, doa, hingga khotbah yang disampaikan oleh pendeta. Dalam suasana yang penuh khidmat, para mereka dapat merasakan bagaimana nilai-nilai kasih, perdamaian, dan kebersamaan dihidupi dalam komunitas jemaat GKI Purwodadi.
"Kami live in peribadatan di Gereja adalah terkait dengan moderasi beragam yang mana nanti kedepannya dengan kita bermoderat bisa menjalin hubungan yang harmonis, menjalin silaturahmi antar umat beragama, " ujar Rissalatul Maulida.
"Terkait dengan beribadahan tadi ada yang ditanyakan", terang Bunda Rita
Nailis bertanya " Kenapa ada anak-anak keluar terlebih dahulu sebelum ibadah selesai".
"Jadi kami itu mengajak anak-anak mengikuti ibadah itu bersama-sama, diawal itu ada istilahnya inter generasi (semua generasi) karena kadang-kadang di dalam gereja itu sudah ada pemikiran kalo ibadah minggu itu ya orang tua, ada kategori sendiri-sendiri yaitu remeja, Anak-anak, dewasa, lansia juga ada. Sering terjadi ibadah minggu ini pemahamannya itu untuk orang-orang dewasa bukan untuk anak-anak, tetapi ketika bapak ibunya beribadah anak-anak ikut diawal, tetapi ketika mendengarkan khutbah itu kan susah kalo khutbahnya untuk anak-anak. Pernah kita ibadahnya jadi satu, maka cerita khutbahnya untuk anak-anak dan orang dewasa ikut mendengarkan tetapi ibadah seperti itu tidak dilakukan setiap minggu seperti ivent" Khusus saja, tapi kalo setiap minggu ada guru-guru sendiri dibawah, jadi ketika mau khutbah ada guru-guru yang sudah persiapan, jadi kita ada persiapan di hari jumat itu nanti saja ngajarin ke guru-gurunya yang mau diajarin apa, nanti ada tiga kelas, kelas kecil sampai ke kelas 1,2,3 SD, sampai ,. Jadi pengajarannya menggunakan bahasa anak-anak jadi untuk orang dewasa pemikirannya susah", ujar Bunda Rita.
"Di dalam Gereja itu banyak simbol-simbolnya: warna ungu itu warna penantian,ketika masuk Natal itu warnanya ganti putih, warna putih itu artinya kudus (suci), masuk minggu biasa itu pertumbuhan atau kehidupan jadi warnanya yaitu hijau. Ada warna merah itu tandanya pernikahan (suka cita, kegembiraan), ada juga jumat Agung itu warnanya hitam ketika kematian Yesus", ujar Bunda Rita.
"Tanggapan masyarakat adanya Geraja disini itu responnya bagimana?" Ujar Rissalatul Malida.
"Sepanjang saya di Purwodadi itu penerimaan masyarakat itu sangat baik lebih-lebih masyarakat kampung sini, kami disini itu kurang lebih 54 tahun, masyarakat sini itu ketika ulang tahun Gereja, kami mengadakan seperti jalan sehat ada dorpres itu yang lebih banyak dapat itu orang kampung sini. Pas Idul Fitri itu saya muter keliling kampung menyalami masyarakat sini, jadi masyarakat disini itu semua welcome", Terang Bunda Rita
Di akhir kunjungan, mahasiswa mengucapkan terima kasih kepada Bunda Rita dan jemaat atas sambutan hangat yang mereka terima. Mereka juga berharap dapat membawa wawasan baru ini ke dalam program KKN yang tengah mereka jalani, terutama dalam mendorong pemahaman dan moderasi beragama di lingkungan masyarakat Purwodadi.
Kunjungan ini memberikan pengalaman yang mendalam bagi para mahasiswa, tidak hanya sebagai pengamat tetapi juga sebagai peserta dalam dialog yang lebih luas tentang kehidupan beragama di Indonesia. Dengan berakhirnya kegiatan pada pukul 9 pagi, mahasiswa meninggalkan gereja dengan kesan positif dan pemahaman yang lebih mendalam tentang peran gereja dalam masyarakat yang majemuk.
Editor : Tata Rahmanta
Artikel Terkait