KARANGANYAR, iNewsBoyolali.id – Bank Indonesia (BI) Solo bersama Pemkab Karanganyar dan Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan rekayasa genetik bawang putih dengan teknik penggandaan kromosom (double chromosome). Pengembangan dilaksanakan Dukuh Pancot, Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.
Rekayasa genetik bertujuan untuk mendapatkan varietas bawang putih Tawangmangu Super, dengan rasa dan kualitas lokal tetapi dimensi impor. Pengembangan bibit varietas unggul oleh BI Solo, Pemkab Karanganyar, Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB, dilaksanakan di Poktan Taruna Tani Maju di Dukuh Pancot yang berada di lereng Gunung Lawu.
“Pengembangan bawang putih Tawangmangu Super saat ini sudah memasuki generasi keenam (G6),” kata Kepala Perwakilan BI Solo, Nugroho Joko Prastowo dalam keterangan tertulis, Selasa(12/9/2023).
Dikatakannya, bawang putih merupakan komponen utama dalam bumbu masakan Indonesia, sehingga permintaan terhadap komoditas ini sangat tinggi. Namun, produksi bawang putih nasional menunjukkan tren yang terus menurun, yakni sebesar 33 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya (data BPS 2022).
Hal ini antara lain disebabkan karena kualitas bawang putih domestik kurang disukai konsumen (dimensi kecil), sehingga menurunkan minat petani untuk menanam bawang putih yang kemudian diikuti dengan berkurangnya lahan tanam bawang putih.
Rendahnya produktivitas dalam negeri menyebabkan sekitar 95 persen kebutuhan dalam negeri bawang putih dipenuhi dari impor. Ketidakseimbangan permintaan dan suplai dalam negeri menyebabkan harga bawang putih kerap berfluktuasi dan bahkan mengalami kenaikan yang tinggi.
Bawang putih menjadi salah satu penyumbang utama dalam inflasi bahan pangan yang berdampak pada perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
Upaya untuk mengurangi ketergantungan impor bawang putih nasional, perlu didorong dengan sinergi berbagai stakeholders baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga upaya untuk mencapai swasembada bawang putih dapat diwujudkan.
Untuk itu, pihaknya terus bersinergi dengan berbagai stakeholders untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas bawang putih lokal, sehingga bisa bersaing dengan bawang putih impor.
Hal ini antara lain dilakukan dengan mendorong pengembangan bibit varietas unggul berdaya saing tinggi yang menghasilkan umbi dengan dimensi mendekati bawang impor dan produktivitas tinggi, menggerakkan kelompok tani agar mau menanam bawang putih, pembenahan sisi hulu dengan penerapan Standard Operating Procedure (SOP) serta rantai pasar yang baik.
Dengan demikian, agar dapat menghasilkan bawang putih yang unggul harus menggunakan benih yang baik dari varietas unggul, serta ditunjang dengan SOP yang baik, lokasi dan waktu tanam yang sesuai.
Secara umum, hasil pengembangan bawang putih dari tahun ke tahun sejak G1 menunjukkan perkembangan yang baik. Mulai aspek produktivitas, dimensi, dan kondisi fisik lainnya, seperti peningkatan ukuran karakter vegetatif antara lain daun dan umbi.
Selain itu, jumlah anakan yang semakin banyak, jumlah bunga dan biji yang lebih banyak), ketahanan terhadap penyakit, serta keseragaman tumbuh yang lebih baik.
Selanjutnya, hasil panen demplot pengembangan double chromosome akan dijadikan bibit pada musim tanam yang akan datang hingga diperoleh hasil yang optimal untuk kemudian dapat dikembangkan secara massal.
Sejalan dengan tujuan tersebut, BI Solo telah melaksanakan panen bawang putih bersama Pemkab Karanganyar di lahan Poktan Taruna Tani Maju pada Senin (11/9/2023) kemarin dengan luasan sekitar sekitar 700 meter persegi.
Panen bawang putih dirangkaikan dengan penyerahan simbolis bantuan bibit bawang putih sebanyak 1,2 ton bersama Pemkab Kabupaten Karanganyar untuk semakin menyemangati para petani di Karanganyar dalam mengembangkan bawang putih lokal.
Pengembangan bibit varietas unggul, pemberian bantuan bibit dan pelaksanaan panen bawang putih bersama, merupakan wujud komitmen dan sinergi bersama dalam upaya pengendalian inflasi melalui pelaksanaan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Kegiatan ini juga penting untuk menunjukkan komitmen Bank Indonesia, Pemerintah, dan berbagai stakeholder terkait lainnya untuk terus berupaya menggalakkan budidaya bawang putih lokal agar dapat memutus ketergantungan terhadap impor bawang putih.
Dalam kegiatan ini, juga dihadirkan olahan kuliner yang menggunakan bawang putih lokal untuk membuktikan cita rasanya yang lebih unggul daripada bawang impor. Hal ini juga sebagai kampanye “kami bangga menggunakan bawang putih lokal dalam setiap sajian”.
Penggalakan kembali produksi bawang putih lokal merupakan bagian dari strategi pengendalian inflasi dengan meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi ketergantungan impor.
Ke depan, diharapkan keberadaan bawang putih lokal yang masih dianggap kurang berkualitas dibanding bawang putih impor dapat dipatahkan melalui pengembangan varietas bawang putih unggul berdasarkan kualitas produk, fisik, dan harga yang bersaing.
Selain itu, keberadaan para petani militan bawang putih di Tawangmangu dapat menjadi penyemangat petani daerah lainnya untuk menekuni bawang putih lokal untuk merebut kembali pasar bawang putih nasional.
Editor : Tata Rahmanta
Artikel Terkait