Masyarakat juga bisa membeli anggrek-anggrek dari warga, tapi untuk dikembalikan ke Taman Nasional Gunung Merapi dan tidak bisa dibawa pulang. Tak hanya dirawat di green house, di lokasi konservasi juga ada laboratorium kultur jaringan untuk memperbanyak anggrek.
“Sebelas orang dari kami itu enggak ada yang punya latar belakang pendidikan pertanian. Namun, dengan pendampingan yang diberikan LPTP dan Aqua Klaten, kami bisa melakukannya,” ucapnya.
Pendampingan yang dilakukan tidak sampai di situ saja. Pada tahun 2017, warga di Desa Mriyan juga dibimbing untuk mengembangkan budi daya tanaman kopi di lereng-lereng Merapi di luar kawasan Taman Nasional Gunung Merapi.
Editor : Tata Rahmanta
Artikel Terkait