BOYOLALI, iNewsBoyolali.id – Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kauman, Kecamatan Wonosegoro Boyolali, menjadi salah pilot projects Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM). Berbagai upaya dilakukan pihak sekolah agar lingkungan sekolah menjadi tempat belajar yang nyaman, aman dan bisa membangkitkan semangat belajar siswa untuk meningkatkan kualitas belajar.
Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kauman Harindra Dina Natamia, M.Pd. mengatakan , dalam menciptakan lingkungan sekolah yang menyenangkan melibatkan berbagai pihak. Tak hanya guru dan siswa, namun juga melibatkan orang tua siswa yang dengan suka rela membantu mempercantik sekolahan.
“Ya, sekolah kami setelah bergabung dengan komunitas GSM, para siswa belajar menjadi lebih menyenangkan, karena bapak ibu guru menerapkan metode yang bisa menumbuhkan karakter positif para siswa sesuai dengan profil pelajar pancasila, selain itu terjalin kolaborasi dan sinergitas antara sekolah, orang tua dan pemerintah desa untuk memajukan sekolah sehingga tujuan pendidikan tercapai,” Katanya saat ditemui di kantor sekolah, Rabu(28/12/2022).
Sebelum tergabung dalam Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) SDN Kauman merupakan sekolah yang konvensional, dengan kondisi hubungan antara guru dan wali murid kurang erat dan lingkungan sekolah masih biasa.
“Setelah masuk dalam komunitas GSM, perubahan tahap demi tahap mulai terlihat di sekolah kami. Lingkungan belajar yang positif, hubungan sekolah, siswa dan orang tua menjadi solid dan terpenting siste pembelajaran semakin bekualitas karena siswa semakin merasa nyaman”, Jelasnya.
Sementara itu, Leader Komunitas GSM Boyolali, Danang Dwi Karnanto, mengungkapkan tujuan dari komunitasnya adalah bagaimana sekolah dapat menciptakan kemerdekaan belajar anak sehingga mereka jatuh cinta pada kegiatan belajar.
Untuk membuat anak jatuh cinta belajar, maka GSM bersama sekolah akan menciptakan atmosfer yang menyenangkan dan memerdekakan pikiran siswa.
“Di Gerakan Sekolah Menyenangkan ini kami meyakini bahwa pembelajaran yang bermakna ketika anak-anak mengalami experiences yang bermakna yang ia laksanakan. Kalau biasanya sekolah hanya menjawab soal, ya bentuk-bentuk pembelajaran kami seperti wawancara, merumuskan masalah, dan melihat masalah sekitarnya, jadi mereka sebagai problem solver,” jelasnya.
Editor : Tata Rahmanta
Artikel Terkait