get app
inews
Aa Text
Read Next : Jelang Pilkada 2024, KPU Boyolali Menggelar Simulasi Pemungutan dan Penghitungan Suara

Sadranan, Tradisi Menyambut datangnya Bulan Suci Ramadhan di Desa Gubuk

Rabu, 06 Maret 2024 | 18:08 WIB
header img
Warga Dukuh Gunung Wijil, Desa Gubuk membawa tenong menuju tempat pemakaman umum untuk mengikuti tradisi sadranan, Foto: Ist/

BOYOLALI, iNewsBoyolali.id – Menyambut datangnya Bulan Suci Ramadhan, Warga lereng Gunung Merbabu, tepatnya di Dukuh Gunung Wijil, Desa Gubuk, Kecamatan Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah, menggelar tradisi sadranan. Tradisi yang dilakukan warga secara turun temurun tersebut untuk melestarikan budaya lokal dari para leluhurnya.

Mereka datang ke area pemakaman dengan membawa berbagai jenis makanan berikut lauk pauk serta buah buahan. Dengan tenong (tempat makanan) warga menuju lokasi pemakaman dengan berjalan kaki dengan menempuh jarak sekitar satu kilometer dari kampung.  

Sesampainya di lokasi pemakaman, warga menggelar tahlil dan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama setempat. Setelah prosesi doa dan tahlil mereka menyantap makanan yang dibawa dari rumah secara bersama-sama. 

Menurut tokoh masyarakat dukuh setempat, Cipto Suwarno, tradisi sadranan ini dilakukan warga bertujuan untuk mengirim doa kepada ahli kubur atau nenek moyang yang telah meninggal dunia.

“Tradisi ini dilakukan warga secara turun temurun setiap menjelang datangnya bulan suci Ramadhan. Kita bawa makanan dimakan disini secara bersama sama, namun sebelum dimakan kita menggelar doa untuk para leluhur di makam ini," katanya, Selasa(5/3/2024).

Diharapkan, dengan digelarnya  tradisi sadranan dan shodaqoh makanan ini warga dimudahkan dalam mencari rezeki serta senantiasa diberikan kesehatan.

“Tadi sudah menggelar tahlil dan doa bersama, semoga warga di sini selalu diberikan kesehatan dan dimudahkan mencari rezeki,”ucap dia.

Tokoh masyarakat lainnya, Putut Tetuko, bahwa tradisi sadranan ini sudah dilaksanakan secara turun-temurun sejak zaman nenek moyang dulu hingga sekarang.

“Kami bersama warga lainnya akan terus menjaga tradisi nenek moyang ini. Tradisi ini sudah dilakukan sejak nenek moyang dulu hingga sekarang,” ungkapnya.

Menurutnya tradisi sadranan ini akan terus dilakukan sebagai bentuk pelestarian budaya Jawa.

“Tradisi ini terus dilestarikan agar nantinya generasi kita juga terus mengikutinya. Tradisi ini memang dilakukan terus menerus pada bulan Ruah menjelang Ramadhan ada bulan Sapar,” pungkasnya.

Setelah menggelar tradisi di makam, warga pulang ke kediaman masing masing lalu saling berkunjung ke rumah tetangga. Hal itu untuk menjalin silaturahmi antar warga.

Editor : Tata Rahmanta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut