BOYOLALI, iNewsBoyolali.id – Hujan yang turun sejak pagi tak menyurutkan semangat warga Desa Banyuanyar, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, untuk merawat tradisi budaya lokal. Sebanyak 250 penari, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, tetap tampil memukau dalam gelaran budaya bertajuk “Banyuanyar Menari”, Minggu (14/12/2025).
Para penari membawakan Tari Bergodo Lembu dan Tari Kopi Barendo, dua tarian khas yang lahir dari denyut kehidupan masyarakat Banyuanyar. Meski basah oleh hujan, gerak para penari justru semakin tegas, menjadi simbol keteguhan warga dalam menjaga warisan budaya desa.
Pertunjukan diawali oleh pemuda Desa Banyuanyar yang menampilkan Tari Bergodo Lembu, tarian yang merepresentasikan kedekatan masyarakat dengan ternak sapi perah. Penampilan kemudian berlanjut dengan Tari Kopi Barendo yang dibawakan siswi-siswi sekolah dasar bersama penari dewasa, sebelum ditutup kembali dengan Tari Bergodo Lembu oleh siswa SD Banyuanyar.
Kepala Desa Banyuanyar, Komarudin, menyampaikan bahwa kegiatan “Banyuanyar Menari” merupakan bagian dari inovasi desa berbasis budaya dan potensi pertanian.
“Ini bukan sekadar menari. Kami ingin mengangkat budaya lokal yang lahir dari keseharian warga. Bergodo Lembu dan Kopi Barendo adalah identitas Banyuanyar,” ujarnya.
Komarudin menjelaskan, Tari Bergodo Lembu terinspirasi dari potensi besar peternakan sapi perah yang dimiliki desa. Saat ini, terdapat sekitar 1.650 ekor sapi perah yang dikelola oleh warga Banyuanyar.
“Kami sedang mengembangkan hilirisasi kampung susu, mulai dari peternakan, pengolahan limbah, hingga produk olahan susu. Di sektor pertanian, ada kopi, jahe, dan madu,” jelasnya.
Sementara itu, Tari Kopi Barendo menggambarkan perjalanan panjang masyarakat Banyuanyar dalam mengelola kopi agar memiliki nilai ekonomi sekaligus budaya. Seluruh penari yang terlibat berasal dari Desa Banyuanyar, melibatkan tiga sekolah dasar, pemuda, serta masyarakat umum, dengan persiapan latihan yang dilakukan selama berminggu-minggu.
Salah satu penari cilik, Rheyvan Aprian Ramadhan, mengaku telah berlatih selama satu hingga dua bulan sebelum pementasan.
“Kalau sudah niat, capek dan hujan tidak terasa. Yang susah itu ngatur pola pas latihan,” katanya.
Penari Tari Kopi Barendo, Bella Sita Kurniawati, menambahkan bahwa tarian tersebut memiliki delapan gerakan utama yang melambangkan proses pengelolaan kopi, mulai dari menanam hingga menjemur.
Selain pertunjukan tari, kegiatan ini juga menjadi ajang pengenalan batik khas Banyuanyar bermotif kopi, susu, jahe, dan madu yang mencerminkan kekayaan alam serta identitas desa.
Meski hujan turun sejak pagi, semangat warga Banyuanyar untuk menjaga budaya tetap menyala hingga akhir pertunjukan.
Editor : Tata Rahmanta
Artikel Terkait
