GROBOGAN, iNewsBoyolali.id – Warga Kampung Gilingan, Desa Sumberjosari, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, patut diacungi jempol atas kegigihan dan rasa gotong royong mereka. Selama 12 tahun, warga setempat rela patungan dan bahkan mewakafkan sebagian tanah miliknya demi membuka dan memperbaiki jalan desa yang sebelumnya terabaikan tanpa bantuan dari pemerintah desa.
Jalan sepanjang 400 meter di Kampung Gilingan kini sudah bisa dilewati kendaraan, termasuk roda empat, sehingga mempermudah akses warga untuk beraktivitas. Padahal sebelumnya, jalur tersebut hanyalah tanah tegalan selebar 1,5 meter yang becek saat musim hujan, berlumpur, dan sulit dilalui.
Ketua RT Kampung Gilingan, Parnyo, menceritakan bahwa inisiatif pembangunan ini dimulai sejak tahun 2013. Saat itu, ia sudah beberapa kali mengajukan proposal bantuan dana ke pemerintah desa untuk membangun jalan, namun tidak pernah mendapat respons.
“Saya sudah mengusulkan pencairan dana desa untuk perbaikan jalan yang kondisinya sangat memprihatinkan, tapi tidak pernah direspons. Akhirnya kami sepakat patungan bersama warga,” keluh Parnyo.
Karena tidak ada dukungan dari pemerintah desa, warga akhirnya menarik iuran secara swadaya. Bagi warga yang tinggal di kampung, iuran awal ditetapkan sebesar Rp250.000 per tahun, sedangkan bagi warga yang mewakafkan tanah dikenakan Rp150.000 per tahun. Pada 2018, besaran iuran dinaikkan menjadi Rp500.000 untuk warga yang menempati rumah dan Rp250.000 untuk pemilik tanah.
Tidak hanya patungan uang, sejumlah warga yang tinggal di pinggir jalan rela melepaskan sebagian lahannya, masing-masing sekitar setengah hingga satu meter, untuk pelebaran jalan.
“Ladang yang kena jalur jalan diikhlaskan warga untuk diambil satu meter kanan-kiri. Itu bentuk gotong royong supaya jalan ini bisa dilebarkan dan dilalui kendaraan,” ujar Parnyo.
Dari hasil iuran warga, terkumpul dana sekitar Rp100 juta. Uang tersebut digunakan untuk menyewa alat berat guna mengeruk dan meratakan tanah, lalu melakukan pengerasan jalan. Meski dana belum mencukupi untuk perbaikan permanen, warga tetap melanjutkan pembangunan secara bertahap.
Pemerintah desa sebenarnya sempat menawarkan bantuan dana aspirasi sebesar Rp30 juta. Namun, tawaran itu ditolak warga.
“Kami menolak karena ingin menggunakan anggaran dana desa yang lebih transparan dan jelas penggunaannya. Dana desa nilainya miliaran, seharusnya bisa dipakai untuk pembangunan jalan ini,” tegas Parnyo.
Rencananya, warga akan melanjutkan pembangunan hingga jalan tembus ke akses menuju kantor kepala desa. Meski prosesnya memakan waktu lama, warga optimistis bisa menyelesaikan perbaikan secara mandiri jika memang pemerintah desa terus mengabaikan kebutuhan mereka.
Semangat gotong royong warga Kampung Gilingan ini menjadi bukti nyata bahwa partisipasi dan solidaritas masyarakat dapat mengatasi kendala infrastruktur, meski tanpa dukungan penuh dari pemerintah desa.
Editor : Tata Rahmanta
Artikel Terkait