“untuk sementara kita mengandalkan air hujan yang kita tampung, dan airnya bisa digunakan untuk mencuci dan mandi saja. Itu pun hanya bisa dipakai antara 5-7 hari. Jdi dengan adanya bantuan air bersih ini sangat bermanfaat sekali untuk stok aor jika air hujan yang kita tampung habis,”jelas Mei Lestari.
Warga mengaku bahwa krisis air bersih di desa hutan ini selalu terjadi di setiap musim, karena kondisi tanah yang kering serta berwarna merah sehingga tidak bisa bertahan lama menyerap dan menampung air di dalam tanah. Nurhasanah, warga Dusun Genengsari, Desa Monggot, juga merasakan hal yang sama, dimana meski sudah diguyur hujan beberapa kali namun tidak bisa diandalkan untuk memperoleh air bersih.
“untuk air hujan dari atas genting kita tampung di sumur dengan menggunakan talang air. Kalau kemarin kita harus jalan sangat jauh di pinggir rel kereta api untuk mengambil air di sumber. Untuk air minum kita beli air galon dan kebetulan untuk saat ini banyak donatur yang kasih kita air bersih jadi tidak perlu berjalan jauh menyusuri rel untuk cari air,”ungkap Nur hasanah.
Air hujan tersebut diendapkan terlebih dahulu di dalam sumur dan baru bisa diambil beberapa jam kemudian. Meski sudah diendapkan, namun air hujan tersebut masih terasa tidak nyaman pada kulit saat digunakan untuk mandi, karena di dalamnya masih terkandung zat garam. Untuk memperoleh air bersih, warga harus berjalan lebih dari satu kilometer menyusuri jalan hutan dan rel kereta api menuju sumber air yang masih tersisa airnya.
Editor : Tata Rahmanta
Artikel Terkait