get app
inews
Aa Text
Read Next : Ratusan Warga Berebut Gunungan dan Padati Sendang Coyo Tengah Malam, Ikuti Prosesi Grebeg Suro

Tradisi Jamasan Pusaka Bende Becak di Grobogan, Warga Berebut Air Berkah dan Nasi Bancaan

Sabtu, 09 Agustus 2025 | 08:13 WIB
header img
Ratusan warga Katekan, Brati, Grobogan Berebut AIr Bedak Sisa Jamasan Pusaka Bende becak Untuk Luluran dan Diminum Yang Dipercaya Membawa Berkah Sehat. Foto; iNews

GROBOGAN, iNewsBoyolali.id – Ratusan warga memadati kompleks Sendang Pasiraman di Desa Katekan, Kecamatan Brati, Grobogan, Jawa Tengah, untuk mengikuti tradisi tahunan Jamasan Pusaka Bende Becak. Pusaka yang dipercaya sebagai peninggalan Dewi Nawangwulan ini setiap tahun dijamasi pada bulan Sapar, menggunakan air sendang yang dicampur bedak.

Suasana menjadi riuh ketika warga berdesakan berebut air bekas jamasan. Mereka menyodorkan wajah dan botol air mineral kepada petugas penjamasan untuk dilulur ke wajah, lalu diminum. Air jamasan yang disimpan dalam ngaron atau wadah gerabah itu ludes dalam waktu singkat.

Helen, warga setempat, mengaku rutin mengikuti tradisi ini setiap tahun. “Air jamasan ini dipercaya bisa menjaga kesehatan dan membuat awet muda, jadi setiap tahun saya selalu ikut,” ujarnya.

Tidak hanya air jamasan, di area bawah sendang warga juga berebut nasi bancaan yang dibungkus daun jati. Meski sebagian nasi jatuh akibat saling berebut, warga tetap memakannya karena diyakini membawa berkah. Tradisi ini menarik minat warga dari luar desa, seperti Febrian asal Toroh, Grobogan, yang rela menempuh perjalanan satu jam bersama keluarganya untuk ngalap berkah.

“Kesini sama keluarga, tadi perjalanan satu jam dari rumah. kita kesini hanya untuk ikut ngalap berkah dan mski Cuma dapat nasi saja kita syukuri dan udah-mudahan ada berkahnya,” ucap Febrian.


Prosesi Jamasan Pusaka Bende Becak di Sendang Pasiraman

Purwanto, juru kunci Sendang Pasiraman, menjelaskan bahwa tradisi ini sudah berlangsung sejak zaman nenek moyang. Warga  tidak berani meninggalkan tradisi ini. Bende becak ini merupakan sebuah gong  peninggalan Dewi nawang Wulan, penguasa pantai selatan.

“Warga tidak berani meninggalkan tradisi ini karena takut mendapat bencana. Bende Becak yang berupa gong kecil adalah pusaka peninggalan Dewi Nawang Wulan dan wajib dijamasi setahun sekali,” kata Purwanto.

Awal penjamasan terjadi ketika leluhur dari juru kunci sendang pasiraman selalu bermipi ditemui Dewi Nawang Wulan dan terjadi seminggu sekali seip malam jum’at. Awalnya mimpi tersebut diabaikan tapi seelah berulang kali ditemui sosok penguasa pantai selatan ini, leluhur dari juru kuni kemudian menuruti permintaan dalam mimpi untuk memandikan bende atau gong kecil tesebut dengan menggunakan air sendang di desa tersebut dengan diluluri bedak.


Ratusan Warga dan Juru Kunci Sendang Pasiraman Berjlanan Kaki Menuju Sendang Sambil Menggendong Bende Becak.

“Dulunya gong ini hanya kita taruh dan simpan begitu saja, tapi setiap malam jumat kakek saya selalu mimpi ditemui penguasa pantai selatan yang mengaku Dewi Nawang Wulan untuk minta dijamasi. Karena sering ditemui dan kake saya beriisiatif untuk mengikuti permintaan sosok Dewi Nawang Wulan tersebut dan sampai sekarang tradisi jamasan bende becak kita laksanakan,” tambahnya

Sebelum prosesi jamasan, Bende Becak diarak dari rumah kepala dusun menuju puncak Sendang Pasiraman. Pusaka itu ditempatkan dalam besek besar, digendong, dan dikawal ratusan putri serta pengawal, menambah khidmat tradisi yang sarat nilai budaya ini.

Editor : Tata Rahmanta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut