GROBOGAN,INewsBoyolali.id- Setelah menjalani terapi kejiwaan di Pondok Pesantren Miftahul Qur’an Karangrayung, kondisi psikis ys sudah mulai membaik dan bisa diajak untuk berkomunikasi terutama dengan teman-teman santri lainnya. Hubungan YS dan ST pada mulanya dianggap sebagai guru dan orang tua yang bisa dianggap sebagai teman curhat atas kondisi keluarga ys dimana ia merasa kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua kandungnya. Namun lambat laun sikap st terhadap ys semakin jauh dari sikap sebagai orang tua dan pendidik hingga terjadi hubungan layaknya suami istri.
Di Pondok Pesantren Miftahul Qur’an Desa Karanganyar, Kecamatan Karangrayung, Grobogan, Jawa Tengah, ini lah YS menjalani terapi kejiwaan yang ditangani langsung oleh Ahmad Ghufron, pengasuh Pondok Pesantren. YS menjalani terapi kejiwaan anak di pondok pesantren ini selama tiga bulan guna memulihkan mentalnya. Bocah berusia tujuh belas tahun ini sengaja dibawa keluarga ke tempat ini karena mereka merasa cemas melihat psikisnya yang semakin menurun.
Setelah kondisi YS sudah mulai membaik, ia memberanikan diri untuk bercerita yang sebenarnya kepada keluarga dan pengasuh Pondok Pesantren apa yang ia alami selama ini bersama ST. Bocah tersebut mengaku memiliki beban pikiran yang cukup berat karena kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang terdekat dimana kedua orang tuanya telah bercerai dan meninggalkannya sejak lama. YS pun menerima tawaran ST untuk ikut bersamanya karena awalnya merasa aman selalu diperhatikan ST. Bahkan ys sering menginap di rumahnya.
“Dulu waktu pertama kali masuk ke pondok sini anaknya memang pendiam dan tidak bisa diajak komunikasi atau bersosialisasi, jadi tertutup, mengurung diri. Tapi setelah membaik ia mulai membuka diri dan berjanji akan menceritakan kejadian yang sebenarnya. Kita beri terapi kejiwaan dan ilmu agama dengan mengaji dan siraman rohani agar kondisinya cepat pulih” jelas Ahmad Ghufron, pengasu Ponpes Miftahul Qur’ an.
Sebelumnya, YS sempat tinggal bersama ibu dan adiknya di wilayah Kendal, Jawa Tengah, dan sempat bersekolah disana. Namun ia kemudian memutuskan untuk pindah sekolah di SMP Islam Karangrayung dan tinggal bersama kakek dan neneknya di Grobogan, Jawa Tengah. Meski sudah tidak pernah bertemu dengan anaknya, namun ibu YS selalu berkomunikasi dan mengirimkan uang bulanan untuk keperluan sehari-hari.
“Sebelum pindah sekolah disini, YS sempat mengikuti ibunya di luar kota dan sekolah disana bersama-sama dengan adiknya. Tapi ia pingin pindah sini sementara adiknya masih tetap bersama ibunya. Kasihan ia berasal dari keluarga broken home, jadi sangat mempengaruhi jiwanya,” tambahnya.
Editor : Tata Rahmanta