“Menurut cerita anaknya, YS sebenarnya merasa kesepian tidak ada temand a butuh teman curhat. Nah pas bersama ST kelihatanya cocok untuk teman curhat, dan malah dianggap seperti orang tuanya sendiri waktu itu, ia merasa nyaman karena semua kebutuhan dipenuhi ST. tapi hubungan mereka menjadi kebablasan. Dan setelah saya tanya apakah kamu kapok dan bertobat? Dia jawab iya saya kapok dan tidak akan mengulangi lagi,”beber pengasuh ponpes.
Selama dititipkan di pondok pesantren ys aktif mengikuti kegiatan pondok, baik keagamaan maupun aktifitas lainnya. Sebelumnya ys mengaku sangat nyaman berada di dekat st karena semua keluhan bisa tercurah dan semua kebutuhanya tercukupi, hingga ia nekat mengikuti saran st untuk kos di tempat yang jauh dari pantauan keluarga selama lima bulan pada pertengahan april hingga september dua ribu dua puluh empat lalu.
Pengasuh Pondok Pesantran Miftahul Qur’an menambahkan bahwa kurangnya kasih sayang orang tua tehadap anak bisa mengakibatkan anak sering berprilaku menyimpang, untuk mengurangi dan perilaku menyimpang tersebut harus dibekali ilmu agama yang cukup. Menurut pengakuan ys kepada pengasuh pondok pesantren, ia selalu ditekan dan diancam tidak akan diberikan uang dan pakaian jika tidak mau melayani atau mengikuti kemauan st.
Hingga saat ini, ST selalu menghindar dan belum bisa diminta keterangan terkait kasus yang menimpa dirinya bersama bocah berusia tujuh belas tahun tersebut. Saat ditanya pengssuh pondok pesantren, ys mengaku bertubat dan mengakui semua kesalahannya. Sementara itu, Unit Pelayanan Perempuan Dan Anak Sat Reskrim Polores Grobogan, Jawa Tengah, telah menghubungi ibu YS yang masih berada di luar kota guna melakukan pendampingan hukum.
Editor : Tata Rahmanta
Artikel Terkait