KLATEN, iNewsBoyolali.id – Dampak musim kemarau mulai dirasakan warga di kawasan lereng Gunung Merapi, wilayah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Bak penampungan air hujan di rumah-rumah warga pun mulai menyusut, bahkan ada yang sudah kosong.
Kondisi tersebut membuat warga terancam mengalami krisis air. Sebab selama ini warga hanya mengandalkan bak penampungan air hujan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Salah satu warga Wiyana menyampaikan, sudah satu bula tidak turun hujan, akibatnya bak penampungan air sudah kering.
"Saat ini bak penampungan air sudah kosong. Sudah satu bulan lebih tidak hujan, jadi kurang air," ujar Wiyana (43) warga Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Klaten, Senin (05/08/2024).
Guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, Wiyana mengaku harus menjual hasil panen tembakau untuk membeli air bersih dari swasta dengan harga Rp 350.000 per tangki kapasitas 5000 liter.
"Air satu tangki habis dalam dua pekan. Digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti ternak, masak, mandi, dan lain-lain," ujarnya.
Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten, dampak kekeringan terjadi di enam desa meliputi Desa Sidorejo, Kendalsari, Tlogowatu, Tangkil di Kecamatan Kemalang, kemudian Desa Bandungan di Kecamatan Jatinom, dan Desa Dukuh di Kecamatan Bayat.
Kepala Pelaksana BPBD Klaten, Syahruna, mengatakan BPBD telah menyalurkan bantuan air bersih ke enam desa tersebut sebanyak 294 tangki atau sekitar 1,47 juta liter selama periode Juni-Juli 2024.
Sementara itu, berdasarkan prediksi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kemarau diperkirakan berlangsung hingga Oktober. Sedangkan puncak kemarau diprediksi terjadi pada Juli-Agustus.
Editor : Tata Rahmanta
Artikel Terkait