Puluhan Balita di Grobogan Diduga Keracunan Makanan Program MBG, Dinkes Lakukan Penyelidikan
GROBOGAN, iNewsBoyolali.id – Puluhan balita di Desa Putatsari, Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan, dilaporkan mengalami mual, muntah, dan pusing usai mengonsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan langsung turun tangan melakukan penyelidikan guna memastikan penyebab kejadian yang diduga sebagai keracunan makanan tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan, dr. Djatmiko, membenarkan adanya laporan dugaan keracunan yang terjadi pada Kamis (11/12/2025). Ia menyampaikan, tim Dinkes masih melakukan pengecekan langsung di lapangan, baik ke lokasi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) maupun kepada warga yang mengalami keluhan.
“Dinkes masih melakukan proses cek di lapangan, baik di tempat SPPG maupun pada pasien yang dicurigai mengalami keracunan. Tentunya akan ada kajian lebih lanjut terkait kejadian ini,” ujar dr. Djatmiko.
Menurutnya, penyelidikan dilakukan untuk memastikan sumber penyebab kejadian. Dugaan keracunan tersebut belum dapat dipastikan sepenuhnya berasal dari makanan program MBG.
“Harus ditelusuri penyebabnya, apakah berasal dari makanan MBG, makanan dari luar, atau faktor lainnya. Karena kejadiannya pada hari Kamis, saat ini kami cukup kesulitan mendapatkan sampel makanan,” jelasnya.
Berdasarkan laporan resmi yang diterima Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan pada Sabtu (13/12/2025) pukul 08.00 WIB, dugaan keracunan terjadi di delapan posyandu. Makanan MBG dari SPPG didistribusikan sekitar pukul 11.00 WIB dan tiba di posyandu antara pukul 11.00 hingga 12.15 WIB.
Makanan tersebut kemudian dipindahkan ke wadah penerima manfaat untuk dibawa pulang dan dikonsumsi mulai pukul 11.06 WIB hingga paling lambat pukul 15.00 WIB. Sekitar pukul 12.34 WIB, kader posyandu menemukan lauk ayam yang berbau dan diduga sudah basi. Temuan tersebut segera dilaporkan kepada pihak dapur SPPG.
Pada pukul 16.30 WIB, satu penerima manfaat mulai mengalami mual dan diperiksakan ke bidan desa. Hingga malam hari, jumlah warga dengan keluhan serupa terus bertambah.
Secara keseluruhan, tercatat sebanyak 23 warga mengalami gejala dugaan keracunan makanan. Seluruh korban menjalani perawatan rawat jalan. Tidak ada korban yang dirawat inap maupun meninggal dunia.
“Semua pasien telah mendapatkan pengobatan dan saat ini kondisinya membaik,” kata dr. Djatmiko.
Sebagai langkah penanganan, puskesmas setempat telah menerima laporan dan sanitarian melakukan koordinasi dengan pihak SPPG. Tim puskesmas juga melaksanakan Penyelidikan Epidemiologi (PE) ke dapur SPPG untuk menelusuri kemungkinan sumber pencemaran makanan.
Sementara itu, salah seorang orang tua balita, Risna, mengaku trauma setelah kedua anaknya diduga mengalami gejala keracunan usai mengonsumsi makanan MBG yang dibagikan melalui Posyandu Karangjati.
Risna menuturkan, kedua anaknya yang masing-masing berusia 4,5 tahun dan 1,5 tahun menerima paket makanan MBG pada Kamis (11/12/2025) sekitar pukul 12.00 WIB. Program MBG di wilayah tersebut rutin diterima balita setiap hari Senin dan Kamis.
“Yang usia 4,5 tahun langsung dimakan. Sementara yang usia 1,5 tahun baru makan sekitar setengah jam kemudian, kira-kira pukul 12.20 WIB. Anak saya yang kecil hanya makan ayamnya saja, tidak dengan kuah, itu pun sedikit,” ujar Risna saat ditemui, Minggu (14/12/2025).
Menu MBG yang dibagikan saat itu berupa soto bening dengan ayam suir. Namun, Risna menduga lauk ayam tersebut sudah tidak layak konsumsi.
“Kurang tahu pastinya, tapi menurut saya ayamnya sudah busuk,” ungkapnya.
Gejala mulai dirasakan pada sore hingga malam hari. Anak Risna yang berusia 1,5 tahun mengalami muntah sejak sore hingga malam, namun belum langsung dibawa berobat karena awalnya dikira hanya masuk angin.
Sementara itu, anaknya yang berusia 4,5 tahun kemudian menyusul mengalami keluhan serupa dan akhirnya dibawa ke klinik terdekat sekitar pukul 21.00 WIB untuk mendapatkan penanganan medis.
Peristiwa ini menambah daftar laporan dugaan keracunan makanan program MBG di Kecamatan Grobogan. Pemerintah daerah bersama Dinas Kesehatan setempat memastikan proses penelusuran akan terus dilakukan guna menjamin keamanan pangan serta mencegah kejadian serupa terulang di kemudian hari.
Editor : Tata Rahmanta