Jogja International Art Fair 2025 Bakal Digelar di JEC, Ribuan Seniman Siap Hadir
YOGYAKARTA, iNewsboyolali.id – Ribuan seniman dari dalam dan luar negeri bakal menghadiri Jogja International Art Fair (JIAF) 2025 yang akan digelar di Jogja Expo Center (JEC) pada 31 Desember 2025 sampai 2 Januari 2026 mendatang. Event Tahunan ini diprediksi bakal dihadiri lebih dari 15.000 pengunjung.
Direktur NR Artist Management, Maria Novita Riatno, mengatakan JIAF 2025 bukan sekadar pameran, melainkan gerakan besar untuk memperkuat ekosistem seni rupa nasional. JIAF akan menjadi rumah bersama bagi seniman, kolektor, dan publik.
“Semua seniman, baik yang baru merintis maupun yang sudah mapan, akan mendapat ruang setara untuk menampilkan karya terbaiknya,” kataya Selasa (30/9/2025).
JIAF 2025 mengadopsi model “Art Market meets Exhibition” dengan empat segmen kuratorial yang jelas. Artist-Direct memberi ruang bagi seniman independen, Emerging bagi bakat-bakat baru, Established untuk seniman dan galeri mapan, serta Iconic sebagai penghormatan kepada maestro seni rupa Indonesia.
Event ini menjadi peluang bisnis strategis bagi investor dan kolektor. Lebih dari 2.000 portofolio seniman akan dipamerkan dan disediakan sesi private viewing dan katalog digital.
“Pasar seni Indonesia mencatat pertumbuhan 15–20 persen per tahun. Event ini akan memperkuat tren positif ini. Yogyakarta, dengan iklim seni yang hidup, menjadi lokasi paling tepat untuk momen bersejarah ini,” ucapnya.
Kurator Seni Mike Susanto mengatakan, JIAF 2025 hadir sebagai salah satu entitas penting dalam pembentukan peta industri seni rupa dunia. JIAF menempati posisi strategis sebagai jembatan yang menghubungkan dinamika seni rupa Indonesia dengan pasar dan wacana internasional.
“Ini adalah ruang temu antara kreativitas, kolektor, kurator, dan publik global yang ingin memahami geliat seni rupa kontemporer Indonesia,” ujarnya.
Kurator yang lain, Nadiyah Tumiknah mengatakan, program khusus bertajuk Encounters: Cross Layers of Art mempertemukan seniman dari berbagai tahap karier untuk membangun ruang interaksi yang lebih luas. Ini menjadi ruang dialog untuk memperkuat jejaring antar seniman dan membuka kesempatan kolaborasi lintas generasi.
“Bertemunya seniman emerging, established, hingga maestro dalam satu platform, publik akan mendapatkan pengalaman yang lebih berlapis untuk memperkaya wacana dan menguatkan posisi Indonesia dalam percakapan seni rupa global,” jelasnya.
Editor : Tata Rahmanta