Kisah Inspiratif Riwayat Pendidikan Mulyono: Lepas UGM, Raih Predikat Terbaik di Sekolah Militer

PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id - Riwayat pendidikan Jenderal TNI (Purn) Mulyono mantan KSAD menarik untuk diketahui. Mulyono adalah petani desa namun mampu melesat hingga pangkat bintang empat di pundaknya.
Sebelum menjadi taruna di Akademi Militer (Akmil) ternyata sempat juga diterima di Universitas Gadjah Mada (UGM). Namun jalur UGM ditinggalkan lebih memilih jalur pendidikan militer di Akmil.
Lahir pada 12 Januari 1961 di tengah kesederhanaan Desa Cepokosawit, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Mulyono merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara. Ayahnya, Suyatno Yatno Wiyoto, seorang petugas pengairan di Dinas Pekerjaan Umum dengan latar belakang pendidikan yang sederhana, dan ibunya, Pardinah, seorang ibu rumah tangga yang penuh kasih.
Kendati tumbuh dalam keluarga yang sederhana, benih semangat belajar dan keinginan untuk maju telah tertanam kuat dalam diri Mulyono sejak belia. Nama "Mulyono" sendiri, yang berarti kemuliaan, adalah harapan tulus kedua orang tuanya agar kelak putra ketiga mereka dapat membawa kehormatan bagi keluarga. Masa kecil Mulyono diwarnai oleh asuhan sang kakek, seorang petani, yang membuatnya akrab dengan ritme kehidupan petani.
Namun, meski sibuk membantu keluarga, ia tetap melanjutkan pendidikannya. Setelah tamat SD di SD Negeri Cepokosawit, Mulyono melanjutkan ke SMP Negeri Sawit dan kemudian ke SMA Negeri I Boyolali. Pendidikan yang lebih tinggi menjadi impian Mulyono, yang melihat pendidikan sebagai sarana untuk mencapai masa depan yang lebih baik.
Setelah menamatkan bangku SMA, Mulyono melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi dengan diterima di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM). Namun, takdir membawanya pada sebuah persimpangan penting. Sambil menunggu pengumuman resmi dari UGM, Mulyono bertemu dengan seorang pamannya yang berprofesi sebagai anggota TNI.
Pemandangan para taruna AKABRI yang gagah dan penuh disiplin seketika menarik hatinya, menumbuhkan keinginan untuk mengikuti jejak mereka. Mulyono menyadari bahwa jalur militer, khususnya melalui AKABRI, adalah pilihan yang tepat baginya, terutama mempertimbangkan kondisi ekonomi keluarganya yang terbatas dan tanggung jawabnya untuk mendukung pendidikan adik-adiknya.
Dengan keyakinan yang bulat, Mulyono mendaftarkan diri sebagai calon taruna AKABRI. Meskipun sudah berhasil diterima di UGM, cita-citanya untuk menjadi seorang prajurit mengalahkan segalanya. Setelah melewati berbagai tahapan seleksi yang ketat, Mulyono akhirnya diterima di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) pada tahun 1983. Keputusan ini menjadi awal dari perjalanan panjangnya yang penuh dedikasi dan kesuksesan di dunia militer.
Perjalanan Mulyono di dunia militer dimulai dengan pendidikan yang menempa dirinya menjadi seorang prajurit yang tangguh. Ia berhasil menyelesaikan pendidikan di Akademi Militer (Akmil) pada tahun 1987 dengan prestasi membanggakan, termasuk meraih peringkat sepuluh terbaik di antara lulusan.
Pendidikan militer ini tidak hanya menanamkan disiplin dan jiwa kepemimpinan yang kuat, tetapi juga membekali Mulyono dengan berbagai kemampuan yang esensial untuk menghadapi beragam tantangan di medan tugas.
Mulyono melanjutkan pendidikan militernya ke jenjang yang lebih tinggi, termasuk Sesarcabif, Dik PARA, Diklapa I dan II Infanteri, Seskoad (lulusan terbaik Susreg XXXVI/1999), Sesko TNI (2007), dan Lemhannas (2012). Deretan pendidikan ini mencerminkan kualitas pendidikan militer yang ia tempuh serta kemampuannya yang mumpuni dalam menghadapi berbagai situasi.
Karier militer Mulyono meroket sejak awal penugasannya sebagai Komandan Peleton (Danton) di Batalyon Infanteri 712/Wiratama, Kodam XIII/Merdeka, Sulawesi Utara. Langkah demi langkah, ia dipercaya mengemban amanah yang lebih besar, mulai dari Komandan Kodim (Dandim), Komandan Resor Militer (Danrem), hingga Direktur Latihan Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat (Dirlat Kodiklat TNI AD).
Di setiap posisi tersebut, dedikasi dan kepemimpinan Mulyono selalu bersinar, menjadi landasan bagi kenaikan jabatannya. Puncak pengabdiannya tiba ketika ia diangkat menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), posisi tertinggi dalam hierarki TNI Angkatan Darat.
Meskipun menduduki jabatan prestisius tersebut, Mulyono tetap dikenal dengan kerendahan hatinya, senantiasa menjaga hubungan baik dengan seluruh prajuritnya.
Salah satu ciri khas Mulyono adalah kerendahan hatinya. Dalam beberapa kesempatan, ia bahkan tak segan melepaskan pangkat bintang empat dari seragam dinasnya, semata-mata untuk lebih dekat dengan para prajurit. Tindakan ini menciptakan suasana kerja yang penuh semangat dan kebersamaan.
Selama menjabat sebagai KSAD, Mulyono dikenal sebagai sosok pemimpin yang selalu hadir di tengah-tengah prajuritnya. Ia sering berbaur, berbagi cerita, dan mendengarkan keluh kesah mereka.
Sikap ini membuatnya sangat dihormati, karena para prajurit merasa memiliki pemimpin yang benar-benar memahami tantangan yang mereka hadapi. Mulyono juga menekankan pentingnya kerja tim dalam tubuh TNI Angkatan Darat, meyakini bahwa keberhasilan tugas adalah hasil dari sinergi seluruh anggota, dari prajurit hingga jenderal.
Dedikasi luar biasa Mulyono selama berkarier di militer mengantarkannya pada berbagai penghargaan bergengsi, termasuk tiga brevet kehormatan dari Kopassus: Brevet Komando, Brevet Para Utama, dan Brevet Gultor Kehormatan. Penghargaan ini menjadi bukti pengakuan atas keberhasilan dan pengabdiannya dalam menjaga keamanan negara serta memimpin prajurit di berbagai medan tugas.
Kisah pendidikan dan karier militer Mulyono menjadi teladan yang menginspirasi banyak orang, terutama generasi muda yang bercita-cita mengabdi pada bangsa dan negara. Meskipun terlahir dari keluarga sederhana dan menghadapi beragam tantangan, ketekunan, kerja keras, dan semangat pantang menyerah mengantarkan Mulyono meraih puncak kesuksesan. Pendidikan, baik formal maupun militer, menjadi fondasi kokoh dalam perjalanan hidupnya yang penuh prestasi dan dedikasi.
Mulyono membuktikan bahwa pendidikan adalah kunci, dan dengan kemauan serta usaha yang gigih, siapapun dapat menggapai impian, terlepas dari latar belakang sosial ekonomi. Keberhasilannya menjadi sumber motivasi untuk terus berjuang dan memberikan yang terbaik bagi negeri ini.
Riwayat pendidikannya adalah narasi inspiratif tentang seorang anak desa yang berhasil menembus kerasnya dunia militer berkat tekad dan semangat yang membara, menunjukkan bahwa pendidikan adalah jalan menuju kesuksesan.
Kisah sukses Mulyono juga menggarisbawahi bahwa kepemimpinan yang efektif tumbuh dari pemahaman mendalam terhadap para bawahannya serta kemampuan untuk membangun sinergi dalam tim. Perjalanan hidupnya adalah bukti nyata bahwa kerja keras yang diiringi dengan pendidikan yang berkualitas akan mengantarkan setiap individu menuju puncak kesuksesan yang diimpikan.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta