get app
inews
Aa Text
Read Next : Umat Hindu di Desa Urut Sewu Boyolali Mengarak Ogoh ogoh Keliling Kampung

Tradisi Bakdo Sapi, Kemeriahan Syawalan di Lereng Gunung Merapi Boyolali

Senin, 07 April 2025 | 18:11 WIB
header img
Ratusan sapi diarak keliling kampung dalam tradisi Bakdo sapi, Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali. Senin (7/4/2025). Foto: Ist/

BOYOLALI, iNewsBoyolali.id – Tradisi syawalan yang unik dilakukan warga di sisi timur lereng Gunung Merapi Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali. Dalam acara ini warga mengarak ratusan sapi dan sebuah gunungan hasil berukuran besar keliling kampung pada Senin (7/4/2025).

Sebelum diarak, warga setempat terlebih dahulu melakukan ritual kenduri ketupat di jalan tengah kampung mereka.

Setelah melakukan ritual kenduri, sapi yang akan diarak keliling kampung kemudian di kalungkan ketupat pada lehernya, setelah itu diberikan minyak wangi dan disiram air kembang yang sudah didoakan oleh tokoh masyarakat setempat.

Setelah melalui berbagai ritual, hewan ternak sapi milik warga tersebut diarak keliling kampung dengan diringi tarian khas warga lereng Gunung Merapi. Tradisi tersebut oleh warga dinamakan bakdo sapi

Tokoh masyarakat Desa Sruni, Jaman mengatakan, lebaran  sapi pada syawalan ini merupakan tradisi turun temurun sejak nenek moyang pada jaman dahulu, kemudian tradisi ini dilakukan warga setiap hari ke 8 pada bulan syawal.

“Tradisi ini menunjukan rasa syukur kita kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan banyak rejeki melalui hasil pertanian dan peternakan,” katanya kepada wartawan, Senin (7/4/2025).

Jaman menyampaikan, peternakan merupakan hal terpenting bagi kehidupan warga disisi lereng Gunung Merapi, sebab, peternakan hewan sapi bagian dari penumpang kehidupan ekonomi warga.

“Dari peternakan kita dapat menghasilkan pupuk, daging dan anak dari induk sapi tersebut. Pupuk itu bisa buat tanaman, karena disini mayoritas petani,” jelas dia.

Jaman menambahkan, tujuan hewan sapi tersebut diarak keliling kampung kemudian bertemu dengan sapi yang lainnya sehingga dapat berkembang biak.

“Kalau bertemu dengan sapi yang lainnya nanti dapat menimbulkan birahi, setelah itu sapi bisa bunting dan menghasilkan anak sapi,” tambahnya.

Warga setempat, Eko Raharjo mengatakan, bahwa tradisi ini merupakan peninggalan dari nenek moyang yang setiap syawalan melakukan bakdo sapi memberikan ketupat pada bagian leher dan memberikan minyak wangi.

“Sudah tradisi, sebelumnya sapi dimandikan dikalungkan ketupat lalu diberikan minyak wangi pada bagian kepala sapi. Ya sudah tradisi sejak dulu,” katanya.

Menurut warga lainnya, Anto mengutarakan,  tradisi syawalan mengarak hewan sapi keliling kampung perlu dilestarikan, sehingga para peternak dan juga petani kedepan dapat lebih makmur dan sejahtera.

“Kata nenek moyang dulu kalau syawalan itu lebarannya sapi, makanya kita meneruskan hingga sekarang ini. Sapi ini merupakan sumber kehidupan warga disini,” pungkasnya.

Editor : Tata Rahmanta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut