get app
inews
Aa Read Next : Puluhan Hektar Tanaman Padi di Boyolali Diserang Hama Tikus

Controling Risiko Pemakaian Pupuk Kimia dalam Masa Darurat Kesuburan Tanah di Masa Depan

Rabu, 18 Januari 2023 | 10:45 WIB
header img
Lahan pertanian ditanami padi, (Foto: Dok. Yusuf Yoga Pratama Putra, Mahasiswa STEI SEBI)

Ditulis Oleh

Yusuf Yoga Pratama Putra

Mahasiswa STEI SEBI Depok

 

BOYOLALI, iNewsBoyolali.id –  Indonesia adalah negara agraris yang mayoritas penduduknya memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah. Maka, tidak diragukan lagi bahwa sektor pertanian adalah salah satu mata profesi masyarakat Indonesia. Dengan peningkatan penduduk sepanjang tahun maka berimbas pada kenaikan kurva permintaan akan hasil tani. Para petani pun harus melakukan perawatan ekstra dalam memaksimalkan pertumbuhan tanamannya.

Dalam merawat tanaman petani biasanya melakukan beberapa tahapan untuk bisa mendapatkan hasil panen setelah jerih payahnya di masa tanam. Salah satu faktor kunci keberhasilan para petani ini biasanya tahap pemberian pupuk, dengan harapan meminimalisir risiko kegagalan panen dan juga memaksimalkan masa pertumbuhan maupun berkembang tanamannya sehingga hasil panen dapat memuaskan.

Dengan tingginya tingkat kebutuhan petani terhadap pupuk dalam bidang pertanian, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan dengan memberikan pupuk kimia sebagai bantuan pupuk subsidi kepada para petani. Sehingga meningkatnya angka produksi dan mendorong petani untuk beralih menggunakan pupuk kimia.

Ironisnya, ada risiko kerusakan alam dari penggunaan pupuk kimia yang mengakibatkan turunnya unsur hara pada media tanam dan membuat tanah tidak akan produktif di masa depan. Bahkan yang lebih ditakutkan saat tanah produktif semakin sempit serta berkurangnya tenaga kerja petani di masa depan.

Mengutip dari Misekta.com REGENERASI PERTANIAN: Solusi Pembangunan Pertanian (19 Jun 2022) Bidang pertanian itu memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan nasional. Bahkan, pertanian menjadi sektor yang tidak mati meskipun dunia sedang diserang pandemi. Hal ini disebabkan karena pertanian merupakan satu-satunya sumber bahan pangan dan gizi.

Maka dari itu pentingnya kita menjaga keberlangsungan petani yang peduli lingkungan dan memanfaatkan lahan dengan produktif, sebagai rantai yang paling atas di sektor pertanian yang berpotensi sangat besar di negeri ini, kita sangat berharap agar lahan-lahan yang ada tidak di alih fungsikan ke perindustrian dan infrastruktur jalan.

Permasalahan dari tahun ke tahun yang terjadi di sektor pertanian tak hanya dari efek samping penggunaan pupuk kimia. Tapi dikarenakan menurunnya minat anak muda terhadap sektor pertanian, dan kurangnya pembelajaran di kelas yang membuat kesadaran anak menurun  terhadap profesi petani. 

Dari wawancara bersama Kang Alif di tanggal 8 Januari 2023, selaku petani di Winong Boyolali, berpendapat bahwa, “dari sektor pertanian timun yang beliau tanam dengan media tanam organik dan menggunakan pupuk kimia dari periode tanam sampai panen merasa hasilnya belum begitu memuaskan, sehingga beliau beralih ke pupuk organik yang di mana  bahan dasarnya dari kompos yang bisa dijadikan pupuk organik yang melimpah di sekitar rumah. Sehingga bisa memotong biaya pengeluaran pupuk sebanyak 80% dikarenakan semua bahan bakunya hanya limbah buangan”.

"Dari anak muda yang masih sedikit turun langsung ke lapangan maupun mengembangkan sektor pertanian, mereka beranggapan bahwa bertani itu pasti berpanas-panasan dan merasa gengsi jika turun ke dunia pertanian sebagai petani. Ditambah lagi mereka beranggapan jika kesejahteraan petani  masih berskala kecil dari penghasilan di sektor yang lain", kata Kang Alif.

Tak heran jika Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memprediksi 42 tahun mendatang Indonesia tak lagi mempunyai petani, dikarenakan masalah yang terjadi di petani maupun penerusnya. Sehingga menjadi perbincangan yang cukup panas di Kementerian Pertanian mengenai strategi apa yang efektif untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di lapangan?.

Dari sudut pandang narasumber ini bisa kita jadikan bahan evaluasi bagi kita semua. Pertama, terkait kembalinya penggunaan pupuk kompos. Dan kedua, memberikan edukasi kepada anak muda betapa pentingnya kontribusi intelektual anak muda dalam memajukan sektor pertanian untuk kesejahteraan petani sendiri.

Dengan adanya masalah yang terjadi maka mitigasi risiko pada sektor pertanian sangat perlu dilakukan. Di sini perlunya kontribusi pihak terkait baik dari Kementerian Pertanian maupun perlunya ada support baik dari edukasi untuk kalangan petani agar lebih bijak dalam pemilihan pupuk dan memberi edukasi kepada para anak muda akan pentingnya petani di sektor puncak pemegang utama profesi.

Maka kita harus mengetahui pentingnya manajemen risiko dari setiap kegiatan yang sedang dirancang maupun sudah dilaksanakan. Dalam buku “ Fundamentals of Risk Management ” yang ditulis oleh Paul Hopkin and Clive Thompson dalam manajemen risiko dibahas adanya metode 4 T.

Terkait tentang 4 T itu sendiri akan kita bahas satu persatu

Pertama, Tolerance yaitu langkah penghindaran atau melindungi tujuan proyek dari risiko (dampak) proses dalam pelaksanaan rencana yang biasanya tidak dapat menghilangkan semua risiko, beberapa hanya bisa mengambil langkah menghindari dengan tindakan pre-emptive.

Kedua, Treat yaitu usaha untuk mengurangi kemungkinan risiko dengan mengambil keputusan dini agar risiko kemungkinan risiko dapat diantisipasi sampai batas kemampuan yang dapat diterima.

Ketiga, Transfer yaitu langkah pengalihan untuk memindahkah konsekuensi risiko kepada pihak ketiga bersama dengan kepemilikan respon. Sederhananya tanggung jawab pihak lain untuk pengelolanya.

Keempat, Terminate menunjukkan bahwa proyek telah memutuskan untuk tidak merubah rencana proyek dan menghadapi risiko yang cocok.

Pendapat saya, risiko penggunaan pupuk kimia terhadap kesuburan tanah di masa depan sangat berpengaruh. Mengapa? Akankah para petani tetap mengandalkan pupuk kimia di kala harga bahan bakunya yang semakin meninggi?

Penggunaan pupuk kimia dalam sektor pertanian sebenarnya bisa di control mengingat risiko akan berkurangnya unsur hara pada media tanam. Karena tidak melakukan perawatan berkala pasca masa panen.  Dengan melakukan pengaplikasian media tanam dengan limbah kotoran sapi yang melimpah di sekitar tempat tinggal petani, dapat menguntungkan dipihak petani maupun peternak sehingga menambah value limbah ternak jika dapat di manage dengan baik.

Setelah penggunaan media tanam yang bebas kimia maka langkah selanjutnya untuk menjaga kesuburan tanah yaitu mengaplikasikan  pupuk kompos dari hasil kinerja mikrobakteri yang akhir-akhir ini kita kenal dengan pupuk kompos fermentasi.  Keuntungan hal tersebut dapat mengembalikan tanah subur bahkan penggunaan pupuk kimia bertahap akan turun sekitar 50% bahkan 100% tanpa penggunaan bahan kimia.

Seperti yang kita ketahui bahwa bahan dasar dari pupuk kompos adalah limbah organik yang sering kita acuhkan setiap hari, kang Alif mengatakan, "biasanya bahan-bahannya yang saya pakai buat pupuk kompos padat, saya keliling ke usaha-usaha teman yang berjualan nasi goreng untuk limbah cucian air beras, bahkan juga sampah sisa sayurannya”. Maka dari itu, hal ini bisa dijadikan langkah konkret untuk diaplikasikan di sektor pertanian baik skala kecil maupun skala nasional.

Dengan mempelajari autodidak terkait media tanam dan kebutuhan yang diperlukan dalam bertani secara organik, maka hasilnya sudah dirasakan Kang Alif karena bisa merumuskan mikroba fotosintesis buatan yang cocok dengan tanamannya sehingga tidak begitu khawatir saat cuaca sudah masuk musim hujan.  Sehingga tanaman masih bisa berfotosintesis layaknya hari biasanya, tidak seperti tanaman yang lain saat tidak adanya suplai cairan ini, bisa saja tanaman menjadi layu dan turun masa produktivitasnya bahkan bisa saja tanaman manjadi mati dan berakibat gagal panen.

Dengan banyaknya keuntungan yang di dapat jika para petani Kembali memanfaatkan pupuk kompos sebagai pupuk utama mereka, maka ketergantungan terhadap pupuk kimia lamban laun akan turun dan kesuburan tanah terjaga bahnkan dalam pemenuhan kebutuhan terkait limbah ternak bisa saja para petani akan mencoba beternak untuk mengurangi margin dalam proses pembuagtan pupuk kompos.

Maka yang perlu dituntaskan setelah mengetahui risiko dan langkah antisipasi penggunaan pupuk kimia yaitu akankah ada anak muda yang siap menjadi petani di masa yang akan datang?

(Yusuf Yoga Pratama Putra, Mahasiswa Manajemen Bisnis Syariah STEI SEBI)

Editor : Tata Rahmanta

Follow Berita iNews Boyolali di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut