Perupa Jogja Mural Patih Gajah Mada Pegang Tribrata, Kritik Dukungan terhadap Kepolisian

Kuntadi
Dua seniman sedang menyelesaikan mural berisi kritikan terhadap kepolisian di Jalan Suryotomo, Yogyakarta. (foto: istimewa)

YOGYAKARTA, iNewsboyolali.id - Komunitas Perupa Kampung Ratmakan Yogyakarta membuat mural di dinding sepanjang 10 meter di Jalan Suryotomo, Yogyakarta. Uniknya, murah ini bergambar patih Gajah Mada sedang memegang logo tribrata yang menjebol dinding. 

Ketua RW Kampung Wisata Ratmakan, Argo mengatakan, seni lukis murah menjadi media untuk menyampaikan ide dan gagasan. Mural yang dihasilkan seniman tidak selalu berupa kritikan sosial, namun bisa juga dukungan.

Seperti mural dengan gambar Patih Gajah Mada memegang logo Tribrata. Hal ini menjadi bentuk dukungan terhadap korps Bhayangkara dalam menjaga keamanan dan pengayom masyarakat. 

Menurutnya, gambar Patih Gajah Mada merupakan tokoh sentral dalam masa kejayaan Nusantara. Gajah Mada dikenal sebagai pencetus Pasukan Bhayangkara, pasukan elit yang bertugas melindungi raja, menjaga kerajaan, serta menciptakan ketertiban dan ketentraman. 
 
Dalam bahasa Sanskerta, Bhayangkara berarti penjaga, pengawal, atau pelindung keselamatan. Semangat ini diwarisi oleh kepolisian dengan tugas yang cukup berat dalam menjaga keamanan serta melayani masyarakat. Tak hanya itu polisi juga menghadapi tantangan permasalahan internal yang cukup kompleks. Banyak oknum yang justru menjadi pemicu permasalahan di masyarakat.

“Ini menjadi bentuk kritik terhadap kecintaan kepada Polri yang kami visualisasikan dengan mural Gajah Mada,” katanya, Rabu (30/7/2025). 

Dalam gambar yang ada, Gajah Mada divisualisasikan keluar dari dinding dengan tangan kanan memegang logo Tribrata sebagai simbol keprihatinan atas kondisi Polri saat ini. Tindakan tersebut menggambarkan keinginan agar Tribrata sebagai simbol nilai luhur kepolisian dapat kembali disepuhkan, dibersihkan, dan bersinar kembali. 

“Tangan kiri digambarkan sedang membersihkan oknum-oknum kepolisian yang merusak citra institusi Bhayangkara,” katanya. 

Kepala Pusat Studi Pancasila UGM, Agus Wahyudi menyatakan,  mural ini menjadi wujud kepedulian serta apresiasi kinerja kepolisan dari para seniman di Yogyakarta. Mural ini mengingatkan, pisahnya Polri dari ABRI yang  merupakan hasil kerja dari masyarakat sipil dengan agenda reformasinya. 

“Masyarakat sipil memiliki hak untuk mengontrol kepolisian agar kedepan Polri semakin menjadi lebih baik dan dicintai oleh rakyat,” katanya. 

Agus berharap kritik yang diberikan masyarakat juga disertai dengan solusi. Hal ini sangat penting agar kepolisin dan masyarakat sipil terus bermitra dengan baik. Polisi juga terus menjaga komitmennya untuk terus berbenah.

“Ke depan polri harus semakian profesional dan dicintai masyarakat,” katanya. 

Editor : Tata Rahmanta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network