GROBOGAN-Sebuah hutan wisata yang disulap menjadi tempat wisata unik bernuansa tempo dulu, menjadi magnet tersendiri bagi warga sekitar dan luar kota yang singgah ke kota Grobogan. Para wisatawan yang berkunjung disuguhi sebuah pemandangan alam dengan suasana pedesaan dan hutan yang masih sangat asri, sejuk dengan berbagai sajian kuliner lokal.
Untuk bisa menikmati semua sajian kuliner tempo dulu, para pengunjung diwajibkan mempunyai alat tukar yang terbuat dari bahan bambu dan kayu, yang menyerupai uang koin untuk bertransaksi.
Pasar tempo dulu jaten, yang berada di kawasan objek wisata hutan dan sendang goa sinawah, Desa Kronggen, Kecamatan Brati, Grobogan, Jawa Tengah, kini menjadi sebuah destinasi wisata tersendiri bagi warga Grobogan, Jawa Tengah dan sekitarnya. Pasalnya lokasi pasar unik ini didesain seperti layaknya pasar tradisional ala tempo dulu semasa jaman penjajahan. Seluruh bahan dan perlengkapan pasar terbuat dari bahan-bahan tradisional dan klasik tanpa menggunakan peralatan modern.
Untuk bisa membeli sajian kuliner tradisional di pasar tempo dulu ini, para pengunjung atau wisatawan diwajibkan membeli dengan menggunakan koin kayu atau bambu yang sudah didesain layaknya uang koin. Untuk mendapatkan uang koin, mereka harus menukarkan uang asli ke sebuah bank wisata yang berada di pintu masuk pasar unik tempo dulu ini. Untuk satu uang koin dihargai dua ribu rupiah.
Sejumlah menu tradisional yang disajikan di pasar tempo dulu ini diantaranya wedang rempah cemek khas grobogan, yang terbuat dari bahan rempah yang bisa menjaga stamina dan kesehatan tubuh, selain itu ada ketela, berbagai macam makanan dari bahan umbi-umbian, nasi pagar, nasi pecel khas Purwodadi, serta beberapa macam kuliner lokal lainnya. Jika pengunjung ingin menikmati minuman air segar, bisa langsung mengambil air kendi yang telah disediakan di beberapa titik.
Teh Yanti dan Mutiara warga Tasikmalaya yang sedang pulang kampung di Dusun Sinawah, Desa Kronggen, Brati, Grobogan, Jawa Tengah, merasa masuk kembali ke jaman dahulu sewaktu kecil dimana ia tinggal serumah dengan orang tua dengan damai, tenang dan sangat kental dengan nuansa pedesaan.
“ Kebetulan lagi pulang dan rumahnya deket situ dan baru pertama kali kesini dan suasananya asik sejuk dan serasa damai. Seperti kembali ke masa lalu, tinggala di rumah orang tua yang penuh kedamaian. Ini saya baru datang beli minuman buat penghangat tubuh,” ungkap Teh Yanti asal Tasikmalaya.
Sementara itu, Karlina warga Desa Klambu, Grobogan, Jawa Tengah, merasakan sensasi unik dalam bertransaksi dengan pedagang. Selain harga kuliner yang cukup murah, ia juga sangat menikmati suasana alam yang masih alami dan sejuk. ia dan keluarga mengaku belum menyempatkan untuk berjalan-jalan di obyek wisata alam ini, karena ingin mencicipi kuliner terlebih dahulu.
“ Sama keluarga kesini pingin liat suasananya. Ternyata syahdu dan sangat puas menikmati kuliner meski belum sempat jalan-jalan keliling sini. Untuk satu koin dihargai dua ribu rupiah dan harga kuliner disini murah,” kata Karlina.
Mbah Ceper, salah satu penggagas berdirinya pasar tempo dulu ini muncul ketika banyaknya persaingan pasar tradisional dengan modern yang kini semakin merambah ke dunia internet. Sementara banyak pedagang yang tidak bisa menawarkan dagangannya di media sosial karena gagap teknologi. Selain itu, adanya pasar tempo dulu ini juga untuk menggugah dan memperkenalkan kekayaan budaya lokal nenek moyang yang hampir punah.
“ ini salah satu upaya untuk empromosikan kuliner lokal karena kita saat ini kalah saing dengan tehnologi. Jadi kita kemas sambil nguri-uri budaya tempo dulu dengan mendirikan pasar tempo dulu dan klasik. Untuk saat ini baru berjalan dua kali dan perlu banyak pembenahan agar lebih tampil menarik dan lebih klasik lagi,” jelas Mbah Ceper.
Para wisatawan yang datang tidak dikenai tiket atau biaya lainnya. Mereka hanya diarahkan untuk menukarkan uang asli dengan kion ala tempo dulu di tempat penukaran uang untuk bertransaksi. Selain menikmati suasana alam dan kuliner tempo dulu, mereka juga bisa menikmati mandi air sendang yang sejuk dan segar yang terus mengalir dari sumber air di dalam goa keramat.
Editor : Tata Rahmanta
Artikel Terkait