get app
inews
Aa Text
Read Next : Boyolali Pastikan Program Makan Bergizi Gratis Berjalan Sesuai Standar

Warga Desa Krasak Boyolali Lestarikan Tradisi Wiwit, Ungkap Syukur Menjelang Panen Padi

Sabtu, 11 Oktober 2025 | 13:43 WIB
header img
Warga Desa Krasak, Kecamatan Teras, Boyolali, menggelar tradisi Wiwitan dengan arak-arakan gunungan hasil bumi dalam tradisi Wiwit, Jumat (10/10/2025). Foto: iNewsBoyolali.id

BOYOLALI, iNewsBoyolali.id – Menjelang musim panen padi, warga Dukuh Karangmojo dan Dukuh Kadisono, Desa Krasak, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, menggelar tradisi Wiwit, sebuah ritual turun-temurun sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas melimpahnya hasil bumi.

Tradisi yang digelar pada Jumat (10/10/2025) sore ini diawali dengan arak-arakan gunungan hasil bumi berisi aneka sayur dan buah, doa bersama di area persawahan, hingga ditutup dengan kemeriahan rebutan gunungan yang selalu dinanti warga.

Ritual Wiwitan berasal dari kata “wiwit” yang berarti memulai, dan menjadi bagian penting dalam budaya Jawa, khususnya bagi para petani sebelum panen raya. Prosesi ini ditandai dengan pemotongan padi pertama secara simbolis sebagai tanda dimulainya panen.

Ketua Panitia Wiwitan, Aris Susanto, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk pelestarian tradisi leluhur yang sarat makna.

“Kami menjunjung tinggi festival Wiwit ini agar tidak punah. Wiwit adalah simbol memulai panen dan rasa syukur atas limpahan hasil bumi yang diberikan Allah,” ujarnya.

Setelah doa bersama yang dipimpin sesepuh desa, warga melanjutkan kirab keliling kampung sambil membawa berbagai simbol kesuburan. Suasana semakin meriah ketika dua gunungan hasil bumi diperebutkan warga. Dalam hitungan detik, gunungan sayur dan buah ludes diambil oleh warga yang meyakini akan mendapat berkah dari hasil rebutan tersebut.


Prosesi Wiwit ditandai dengan pemotongan padi pertama secara simbolis oleh sesepuh desa sebagai tanda dimulainya masa panen, Jumat (10/10/2025). Foto: iNewsBoyolali.id

 

Salah satu warga, Sri Sutarni, tampak gembira usai berhasil mendapatkan hasil bumi dari gunungan.

“Dapat pare Jepang, lombok, sama loncang. Nanti mau dimasak dan dibagi ke orang lain,” tuturnya.

Warga lainnya, Elin, menilai kegiatan ini bukan hanya seru tetapi juga bernilai nostalgia.

“Menyenangkan sekali, mengingatkan masa kecil dulu. Semoga tradisi seperti ini bisa memotivasi daerah lain untuk menjaga warisan budaya,” katanya.

Melalui tradisi Wiwitan, warga Desa Krasak berharap musim tanam berikutnya membawa hasil yang semakin melimpah. Lebih dari itu, nilai gotong royong dan kearifan lokal yang diwariskan leluhur diharapkan terus lestari di tengah perkembangan zaman. Desa Krasak pun dikenal bukan hanya sebagai lumbung padi Boyolali, tetapi juga sebagai desa yang kaya budaya.

Editor : Tata Rahmanta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut