Akademisi UMS Setuju Pembatasan Gim Roblox untuk Anak, Tegaskan Peran Penting Orang Tua

SOLO, iNewsBoyolali.id - Imbauan Mendikdasmen Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed untuk melarang anak-anak di bawah umur memainkan gim Roblox mendapat tanggapan kalangan akademisi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Para orang tua diharapkan dapat memahami tujuan baik dari kebijakan tersebut.
Kebijakan disampaikan Mendikdasmen sebagai langkah melindungi anak-anak dari konten kekerasan yang dinilai banyak muncul di dalam gim tersebut. Anak-anak, terutama di jenjang SD, dinilai belum sepenuhnya mampu membedakan antara adegan nyata dan rekayasa.
“Melarang dalam tanda kutip itu artinya membatasi. Mana yang baik boleh diteruskan, tetapi ada hal-hal yang mungkin tidak sesuai dengan mereka,” kata Kaprodi Pendidikan Teknik Informatika (PTI) UMS, Sukirman, S.T., M.T, Rabu (13/8/2025).
Sukirman menegaskan, secara prinsip dirinya setuju apabila memang terdapat konten kekerasan atau materi yang tidak layak untuk anak-anak di dalam Roblox. Namun, menurutnya, isu konten berbahaya tidak hanya ada pada Roblox.
“Secara umum kami setuju, cuma perlu juga kajian yang lebih mendalam, artinya bukan hanya Kemdikdasmen saja, mungkin kementerian lain misalnya yang berwenang dalam hal ini memblokir kan Kementerian Komdigi,” lanjutnya.
Pria yang akrab disapa Kirman itu menilai, perlu ada kerja sama antar kementerian untuk membentuk semacam “polisi” yang dapat mengawasi dan menilai kelayakan gim bagi anak-anak. Ia menekankan, perlindungan ini penting karena anak-anak adalah penerus bangsa.
Mengajar mata kuliah Game Edukasi, Kirman mengibaratkan gim seperti makanan. Jika berlebihan, dampaknya bisa negatif. Misalnya, kecanduan atau enggan beraktivitas fisik. Ia pun menegaskan pentingnya penyesuaian konten gim dengan usia pemain.
“Untuk anak-anak, konten yang aman adalah memiliki rating all ages atau semua usia dan tetap dalam pendampingan orang tua. Untuk orang dewasa juga perlu batasan juga, kalau terlalu lama juga sama akibatnya,” kata dia.
Kirman menilai, gim juga memiliki sisi positif, seperti melatih kreativitas dan keterampilan problem solving. Roblox, misalnya, memberi ruang virtual untuk menjelajah dan berkreasi. Namun, sisi negatif seperti kecanduan atau berkurangnya aktivitas fisik tetap harus diwaspadai.
“Yang paling penting sebenarnya adalah pendampingan orang tua itu yang memiliki peran sangat penting. Untuk membatasi bermain game, durasinya. Bahkan game edukasi pun kalau terlalu lama juga kurang baik. Jadi harus ada batasan durasinya, konten-konten yang dibuat sebaiknya juga yang tidak mengandung kekerasan,” tegasnya.
Menurutnya, pembatasan durasi bermain gim penting karena secara desain, gim dibuat untuk membuat pemain terus terlibat dan sulit berhenti. Selain peran orang tua, Kirman juga menyoroti pentingnya literasi digital untuk anak-anak. Literasi ini memberi pemahaman bahwa apa yang terjadi di dalam gim tidak boleh ditiru di dunia nyata, serta pentingnya etika dalam interaksi virtual.
“Mereka juga harus ada wawasan mengenai bahwa tetap ada etika, artinya tidak benar-benar bebas. Artinya mungkin harus memerhatikan psikologis pemain lain. Harus ada penjelasan kepada anak-anak bahwa yang di dalam game ini tidak benar-benar nyata dan harus bisa memilih mana yang baik dan yang benar, dan ini harus ditanamkan juga ke anak-anak,” pungkasnya.
Editor : Tata Rahmanta