Boyolali Siapkan IKM Tembakau Naik Kelas Lewat Pelatihan Blending dan Legalitas

BOYOLALI, iNewsBoyolali.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagperin) menggelar Pelatihan Blending Tembakau untuk petani dan pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) sektor hasil tembakau. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, mulai 29 hingga 31 Juli 2025 di salah satu hotel di Kota Boyolali.
Pelatihan ini menjadi bagian dari program perencanaan pembangunan industri yang didukung Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) Tahun Anggaran 2025. Selain meningkatkan kemampuan teknis, kegiatan ini juga mendorong legalitas dan inovasi produk tembakau lokal agar mampu bersaing secara legal dan profesional di pasar nasional.
Kegiatan diikuti oleh 40 peserta yang berasal dari pelaku IKM tembakau Boyolali dan perwakilan anggota Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI). Mereka difasilitasi dengan seminar kit, konsumsi, uang transport, serta materi pelatihan dari para praktisi dan instansi terkait.
Hadir sebagai narasumber antara lain dari Disperindag Provinsi Jawa Tengah, Bea Cukai Surakarta, Bank Jateng, serta pelaku industri dari Temanggung, seperti PT Panen (Lodji 99) dan PR Santoso, yang dikenal sukses mengembangkan produk rokok lokal.
Blending tembakau sendiri merupakan teknik mencampur berbagai jenis tembakau untuk menciptakan rasa khas yang diminati pasar. Salah satu narasumber dari Disperinaker Temanggung menyebut bahwa blending bukan sekadar mencampur bahan, tetapi juga memahami karakteristik tembakau dan aturan hukum yang berlaku.
“Blending bukan hanya soal teknis, tetapi juga soal strategi produk agar mampu bersaing secara sehat dan legal,” ujarnya.
Kepala Disperdagperin Boyolali, Purnawan Raharjo, menegaskan bahwa pelatihan ini merupakan langkah konkret Pemkab dalam mendorong IKM naik kelas.
“Kami ingin para pelaku IKM di sektor tembakau tidak hanya sekadar produksi, tetapi juga legal, berdaya saing, dan mampu bertahan dalam jangka panjang. Pemerintah akan terus mendampingi, baik melalui pelatihan, promosi, maupun akses pembiayaan,” tegasnya.
Ketua APTI Boyolali, Nanang Teguh Sambodo, mengapresiasi kegiatan ini. Ia menilai pelatihan semacam ini membuka cakrawala berpikir petani untuk tidak hanya menjual tembakau mentah, tetapi juga mulai memproduksi rokok sendiri secara legal.
“Harapannya teman-teman petani tidak hanya bertani, tapi juga punya keinginan untuk berwirausaha. Ini penting untuk meningkatkan kesejahteraan mereka,” ujarnya.
Dengan pelatihan ini, diharapkan pelaku IKM tembakau di Boyolali mampu tumbuh menjadi industri kecil yang kuat, inovatif, dan terintegrasi secara legal dalam ekosistem industri nasional.
Editor : Tata Rahmanta