get app
inews
Aa Text
Read Next : Program IDI dengan Aksi Gerakan Beli Susu Berkah bagi Peternak Sapi Boyolali

Santri, Abangan, dan Priyayi

Minggu, 22 Oktober 2023 | 07:12 WIB
header img
Prof.Dr. Rasimin, S.Pd, M.Pd, Foto: Ist/

Santri, Abangan, dan Priyayi

Oleh

Prof.Dr. Rasimin, S.Pd, M.Pd

Guru Besar Pendidikan IPS UIN Salatiga

Wakil Dekan 2 FTIK UIN Salatiga

SALATIGA, iNewsBoyolali.id –  Hari Santri, yang dirayakan setiap 22 Oktober, menjadi saat yang tepat untuk menghargai peran santri dalam memelihara dan memajukan ajaran Islam di Indonesia. Santri tidak hanya menjaga keberlanjutan agama, tetapi juga menjadi agen pembaharuan sosial dan kebudayaan universal.

Clifford Geertz mengatakan, dalam konteks masyarakat Jawa, santri sering dianggap sebagai kelompok yang memegang teguh nilai-nilai Islam. Sebaliknya, abangan sering diasosiasikan dengan kelompok yang lebih fleksibel dalam beragama dan cenderung memprioritaskan nilai-nilai tradisional Jawa. Priyayi, sebagai kelompok elite, sering terkait dengan adat istiadat Jawa.

Analisis fenomenologis saya, pembagian tersebut, bagaimanapun, tidak selalu hitam putih, dan sebenarnya banyak pula individu yang berada di antara ketiga kelompok tersebut. Ada santri yang juga merangkul nilai-nilai tradisional Jawa, begitu pula dengan abangan yang tetap taat beragama.

Pluralisme dan harmoni merupakan pilar utama dalam masyarakat Jawa. Pluralisme memungkinkan koeksistensi yang damai dengan perbedaan, sementara harmoni menciptakan lingkungan saling menghargai terhadap keragaman tersebut.

Santri, abangan, dan priyayi, meskipun memiliki perbedaan, saling melengkapi dalam konteks masyarakat Jawa. Santri memberikan kontribusi vital dalam menjaga dan mengembangkan ajaran Islam, abangan berperan dalam pelestarian nilai-nilai tradisional, dan priyayi membantu menjaga keberlanjutan adat istiadat Jawa.

Pada Hari Santri, mari kita introspeksi diri. Apakah kita telah menjadi santri yang taat beragama, abangan yang menghargai nilai-nilai tradisional Jawa, atau priyayi yang menjaga adat istiadat? Refleksi ini menjadi langkah awal kita bersama dalam menjaga pluralisme dan harmoni di masyarakat Jawa.

Sebagai contoh konkret, santri dapat memperkuat pluralisme dengan mendidik tentang toleransi dan saling menghormati antar umat beragama. Di sisi lain, abangan dapat berkontribusi pada harmoni dengan melestarikan nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong yang kental dalam budaya Jawa. Sementara itu, priyayi dapat memainkan peran kunci dalam menjaga pluralisme dengan mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan universal.

Melalui sinergi dan kolaborasi antara santri, abangan, dan priyayi, masyarakat Jawa dapat dibangun menjadi entitas yang lebih plural dan harmonis. Saat kita menghormati perbedaan

Editor : Tata Rahmanta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut