Perangi Kesepian Lansia, Dosen UMS Edukasi Kader Kesehatan di Thailand

AW Wibowo
Dosen UMS Yeni Indriyani, S.KM., M.PH memberikan penyuluhan kepada puluhan kader kesehatan di Thailand. Foto: Ist.

SOLO, iNewsBoyolali.id - Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Yeni Indriyani, S.KM., M.PH memberikan penyuluhan kepada puluhan kader kesehatan di Thailand. Penyuluhan yang berlangsung di Health Center: Promosi Kesehatan, Khon Kaen, bertujuan memperkuat wawasan global tentang sistem kesehatan primer. 

Kegiatan merupakan bagian dari kunjungan akademik yang difasilitasi oleh Sirindhorn College of Public Health, diikuti oleh delegasi UMS yang terdiri atas dua dosen dan lima mahasiswa. Mereka diterima dalam suasana penuh keakraban oleh jajaran rumah sakit dan para kader kesehatan, yang sebagian besar adalah lansia aktif berusia di atas 60 tahun dan masih secara sukarela mendampingi sekitar 10 rumah tangga per kader di wilayahnya.

Penyuluhan yang dilakukan Yeni Indriyani menyoroti isu kesehatan mental pada lansia, sebuah tantangan yang semakin relevan di tengah pertumbuhan populasi lanjut usia secara global. 

Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia (WHO), pada tahun 2022, jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas akan mencapai 2,1 miliar pada tahun 2050, dan lebih dari 60% di antaranya berada di Asia. 

WHO juga mencatat bahwa lebih dari 20% lansia di dunia mengalami gangguan mental atau neurologis, dengan depresi dan kesepian sebagai isu utama yang sering tidak tertangani.

“Lansia rentan merasa kesepian, terutama karena banyak dari mereka tinggal sendiri, jauh dari anak-anak, atau sudah kehilangan pasangan hidup. Kesepian ini bisa menjadi awal dari gangguan mental yang lebih serius,” kata Yeni melalui keterangan tertulis, Jumat (25/7/2025).

Dalam penyuluhan berdurasi hampir dua jam, Yeni memaparkan materi mengenai:
1. Gejala umum gangguan kesehatan mental pada lansia.
2. Faktor risiko psikososial seperti isolasi, kehilangan peran dalam keluarga, dan trauma masa lalu.
3. Teknik sederhana untuk mendeteksi tanda-tanda stres atau depresi.
4. Pentingnya kegiatan sosial, kunjungan antar-lansia, serta menjaga relasi spiritual dan komunitas.
5. Peran kader kesehatan sebagai ujung tombak pemantauan dan pendampingan lansia di tingkat rumah tangga.

Sesi ini dikemas secara interaktif, dengan pendekatan diskusi dan simulasi. Yeni mengajak para kader untuk berbagi pengalaman, berdialog tentang tantangan yang mereka hadapi, serta berdiskusi mengenai solusi berbasis komunitas.

“Jangan abaikan jika seorang lansia tiba-tiba tidak aktif lagi di kegiatan kelompok atau tampak murung. Terkadang, sapaan sederhana dan kunjungan ringan bisa sangat berarti,” ujarnya. 

Sebanyak lebih dari 70 kader kesehatan hadir dalam penyuluhan ini. Antusiasme terlihat sejak awal sesi berlangsung. Banyak kader mengaku baru pertama kali mendapatkan pengetahuan mendalam tentang aspek psikologis dalam mendampingi lansia.

“Saya baru sadar bahwa kondisi perasaan juga penting bagi lansia, bukan hanya tekanan darah atau kadar gula,” kata salah satu kader setelah sesi selesai. 

Kader lain juga mengungkapkan keinginannya untuk memulai kegiatan kelompok curhat atau ngobrol santai untuk para lansia sebagai bentuk tindak lanjut dari penyuluhan tersebut. Respons positif ini menunjukkan bahwa isu kesehatan mental pada lansia sangat relevan di tengah masyarakat yang sedang mengalami transisi demografis. 

Dengan penguatan kapasitas kader kesehatan, diharapkan akan lahir pendekatan yang lebih holistik dalam pelayanan kesehatan masyarakat.

Kegiatan penyuluhan ini merupakan bagian dari komitmen UMS dalam memperkuat kerja sama internasional dan menumbuhkan sensitivitas global dalam pendidikan kesehatan masyarakat. 

Yeni Indriyani, bersama dosen lainnya, yaitu Sheena Rahmadia A.D., S.KM., M.K.K., mendampingi mahasiswa selama kegiatan student exchange yang berlangsung selama beberapa hari di Khon Kaen.

Melalui kegiatan seperti ini, dosen dan mahasiswa UMS tidak hanya belajar dari sistem kesehatan negara lain, tetapi juga memberikan kontribusi nyata dengan membagikan pengetahuan dan praktik kesehatan berbasis komunitas yang adaptif dan relevan.

Kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh Yeni Indriyani menjadi contoh nyata kontribusi akademisi Indonesia dalam menjawab tantangan global di bidang kesehatan masyarakat, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan lansia. 

Dengan semakin meningkatnya populasi lansia, perhatian terhadap kesehatan mental menjadi prioritas yang tidak dapat diabaikan. Kegiatan ini diharapkan menjadi pemicu munculnya inisiatif serupa di berbagai wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. 

Editor : Tata Rahmanta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network